Iklan Display

Berbahagia Dalam Keterpurukan

Berbahagia Di Dalam Keterpurukan

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk  kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)

apapun keadaannya terpuruk apapun kita harus berbahagia


Berbahagia dalam kesenangan dan kenikmatan sesuatu yang biasa, dan itu mudah. Siapa saja bisa melakukannya. Berbeda dengan berbahagia dalam keterpurukan, dalam musibah dan dalam kesulitan serta kesedihan. Ini bukan sesuatu yang mudah.

Karena umumnya, orang biasanya mengeluh dan bersedih kalau mengalami keterpurukan. Sering menyalahkan pihak lain, dan kadang-kadang sampai hati menyalahkan Tuhan. Bahkan tidak sedikit yang menangis sewaktu mereka  mengalami keterpurukan, menyesalkan dirinya dan takdirnya. Dan ini sering terjadi.

Tapi perlu juga diketahui, bahwa ada juga orang yang bahagia dalam keterpurukan. Bagi mereka keterpurukan itu sudah bagian dari takdir Allah untuknya. Imannya mengatakan bahwa keterpurukan itu salah satu cara Allah menyapanya. Siapa sajakah mereka yang termasuk golongan yang akan bahagia dalam keterpurukan ini. Antara lain sebagai berikut.

Mereka Yang Yakin Semua Terjadi ataz Izin Allah


Pernah terjadi satu peristiwa kecil, yang sangat fenomental dalam sejarah Islam. Ketika kaki Urwah bin Zubair terpotong dan pada hari yang sama, anaknya juga meninggal dunia. Maka Urwah berkata, “Wahai Tuhanku, bagiMu segala pujian. Jika Engkau mengambil sesuatu dari aku, maka yang Engkau ambil itu adalah sesuatu yang telah Engkau berikan sebelumnya kepadaku. Jika Engkau berikan sebelumnya kepadaku. Jika Engkau menurunkan ujian untukku, maka sebelumnya Engkau telah memberikan keselamatan kepadaku. Sebagaimana Engkau telah memberikan empat enggota tubuh, dan sekarang Engkau hanya mengambil satu saja daripadanya. Begitu juga Engkau telah mengurniakan empat orang anak kepadaku, dan Engkau hanya mengambil satu saja daripada mereka. Aku Ikhlas, yaa Allah.”

Dari kisah Urwah bin Zubair ini, kita mendapat pelajaran bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah atas kehendak Allah yang Maha Pengasih dan Penyanyang. Atas izin-Nya. Sebagaimana firman-Nya pada surat At-Taghabun yang dikutip pada awal tulisan di atas, “Semua musibah itu atas izin Allah.”

Kalau sesuatu yang terjadi itu kita yakini atas izin-Nya, maka hati kita akan mampu untuk kita tenangkan. Tidak akan ada keluhan. Karena semua yang terjadi itu pasti ada hikmah dibalinya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengn sia-sia, Maha Suci Engkau (dari perbuatan sia-sia).” (QS. Ali-Imran: 191)

Ayat ini dengan sangat jelas menerangkan bahwa semua yang dari Allah itu tidak ada yang sia-sia, pasti mengandung kebaikan dibaliknya. Walaupun itu sesuatu yang tidak kita sukai, namun yakinlah pasti ada hikmah dibaliknya. Allah Maha Suci dari perbuatan yang sia-sia. Allah Maha Suci dari perbuatan yang sia-sia. Pasti ada kebaikan dibaliknya.

Jadi logika yang harus kita gunakan dalam hidup ini adalah, semua yang terjadi pasti izin Allah. Dan semua yang atas izin Allah pasti ada hikmah dibaliknya. Walaupun itu musibah atau keterpurukan. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak menerima apapun takdir Allah. Walaupun itu kita sebut dengan musibah atau keterpurukan. Cara berpikir seperti inilah yang akan mendatangkan ketenangan. Bahkan bisa berbahagia dengan semua kejadian itu, walaupun kejadian ini musibah atau keterpurukan.

Belum ada Komentar untuk "Berbahagia Dalam Keterpurukan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel